PENTAS
“Lompat! Lari! Lompat! Lari! lompat! Lari!
Berhenti!”. Sebuah instruksi yang selalu Mr.D berikan disetiap latihan pukul
5.00 pagi dan sore hari. Itu kegiatan para atlit volly setiap harinya dan Vela
gadis cantik berambut lurus dengan paras yang menawan, yang selalu berusaha
untuk menjadikan latihan sebagai hal yang menyenangkan.
"Laaaaaraaaaas!" Teriak Vela di kamar asrama mencoba membangunkan sahabat yang bisa membuatnya tercengang. Bukan lagi senyuman atau renungan atas sebuah masalah tapi sikapnya sebagai seorang sahabat bisa membuat Vela merasa aman untuk menuangkan semua rahasia besar dalam hidupnya.
"Berhenti berteriak Vela!" Tegas Laras. Dengan semangat Vela melompat ke tempat tidur Laras sambil berkata
"Laaaaaraaaaas!" Teriak Vela di kamar asrama mencoba membangunkan sahabat yang bisa membuatnya tercengang. Bukan lagi senyuman atau renungan atas sebuah masalah tapi sikapnya sebagai seorang sahabat bisa membuat Vela merasa aman untuk menuangkan semua rahasia besar dalam hidupnya.
"Berhenti berteriak Vela!" Tegas Laras. Dengan semangat Vela melompat ke tempat tidur Laras sambil berkata
"Aku
tidak akan berhenti berteriak sebelum kau tau sebuah rahasia besar".
"Rahasia besar? Emm, coba ku tebak pesta topeng, pentas film indi, atau sebuah panggung dengan pentas busana?" Jawab Laras dengan paparan sederhana.
"Laras, apakah pentas busana bukan lagi sebuah rahasia besar?" Sahut Vela yang mulai ragu dengan rencananya. Dengan tenang Laras pun mencoba untuk menjelaskan
“Kau satu-satunya atlit volly yang amat sangat bermimpi menjadi seorang model, itu bukan lagi sebuah rahasia, semua tau hal tentang kau dan impian mu itu”.
Vela pun hanya tersenyum lebar, siapa yang tak kenal Vela, si pembuat onar dengan prestasi yang gemerlap, dengan pasangan regunya Laras dan ke 4 temanya selalu menjadi anggota yang sangat ditakuti lawan serta gelarnya sebagai kapten yang semakin membuat orang tuanya melarangnya untuk keluar dari sekolah atlit, dan Mr.D sebagai seorang pelatih yang selalu berusaha bijak terhadapnya.
Pukul 5.00 dini hari, di mana bel pagi pun berdering menandakan waktunya untuk bangun dan memulai pesiapan untuk latihan pagi. Lapangan yang luas dan serpihan sinar matahari yang dengan malu-malu mulai meraba keluar dari porosnya mencoba memaksa para atlit muda bersemangat demi masa depanya. Begitu juga dengan Vela, setelah beberapa menit latihan usai dengan keringat bercucuran Vela berlari ke arah Laras,
“Laaaaaaraaaaaas!” teriakan itu mulai terdengar lagi dan itu bertanda ada hal yang berbahaya akan terjadi.
“Apakah ada kabar dari surga?” jawab Laras mencoba mengejek semangat sahabatnya yang sedang membara.
“Tidak, ini bukan kabar ini utusan dari surga, baru saja aku mendapat surat dari panggung pentas disurat itu tertulis bahwa aku sudah terdaftar sebagai peserta dan tepat pada tanggal 29 april nanti pentas itu akan diselenggarakan” ucap Vela.
Dengan semangat Laras berkata ”Selamat Vela kau hebat, tapi tunggu dulu bukankah tanggal 30 april kita ikut turnamen, kita harus bicarakan ini kepada Mr.D”.
Dengan tergesa-gesa Laras mencari Mr.D mencoba mengatakan kabar tersebut dan keputusan pun dibuat dengan bijak dan penuh tanggung jawab dari seorang kapten dan pelatih. Vela memutuskan untuk tetap berlatih dan menjadikan turnamen ini sebuat tujuan utama tapi setelah hari demi hari berlalu teguran dari seorang sahabat pun mulai terdengar.
“Dari mana saja Vela? Aku tak melihatmu di lapangan sore ini, kau masih ingat janjimu pada Mr.D bahwa pentas itu bukan tujuan utama tapi mengapa aku tak pernah melihatmu disetiap latihan sore?, aku hanya tidak ingin kau melakukan suatu hal dengan setengah-setengah” jawab Laras.
“Ini impian ku” kata Vela.
"Rahasia besar? Emm, coba ku tebak pesta topeng, pentas film indi, atau sebuah panggung dengan pentas busana?" Jawab Laras dengan paparan sederhana.
"Laras, apakah pentas busana bukan lagi sebuah rahasia besar?" Sahut Vela yang mulai ragu dengan rencananya. Dengan tenang Laras pun mencoba untuk menjelaskan
“Kau satu-satunya atlit volly yang amat sangat bermimpi menjadi seorang model, itu bukan lagi sebuah rahasia, semua tau hal tentang kau dan impian mu itu”.
Vela pun hanya tersenyum lebar, siapa yang tak kenal Vela, si pembuat onar dengan prestasi yang gemerlap, dengan pasangan regunya Laras dan ke 4 temanya selalu menjadi anggota yang sangat ditakuti lawan serta gelarnya sebagai kapten yang semakin membuat orang tuanya melarangnya untuk keluar dari sekolah atlit, dan Mr.D sebagai seorang pelatih yang selalu berusaha bijak terhadapnya.
Pukul 5.00 dini hari, di mana bel pagi pun berdering menandakan waktunya untuk bangun dan memulai pesiapan untuk latihan pagi. Lapangan yang luas dan serpihan sinar matahari yang dengan malu-malu mulai meraba keluar dari porosnya mencoba memaksa para atlit muda bersemangat demi masa depanya. Begitu juga dengan Vela, setelah beberapa menit latihan usai dengan keringat bercucuran Vela berlari ke arah Laras,
“Laaaaaaraaaaaas!” teriakan itu mulai terdengar lagi dan itu bertanda ada hal yang berbahaya akan terjadi.
“Apakah ada kabar dari surga?” jawab Laras mencoba mengejek semangat sahabatnya yang sedang membara.
“Tidak, ini bukan kabar ini utusan dari surga, baru saja aku mendapat surat dari panggung pentas disurat itu tertulis bahwa aku sudah terdaftar sebagai peserta dan tepat pada tanggal 29 april nanti pentas itu akan diselenggarakan” ucap Vela.
Dengan semangat Laras berkata ”Selamat Vela kau hebat, tapi tunggu dulu bukankah tanggal 30 april kita ikut turnamen, kita harus bicarakan ini kepada Mr.D”.
Dengan tergesa-gesa Laras mencari Mr.D mencoba mengatakan kabar tersebut dan keputusan pun dibuat dengan bijak dan penuh tanggung jawab dari seorang kapten dan pelatih. Vela memutuskan untuk tetap berlatih dan menjadikan turnamen ini sebuat tujuan utama tapi setelah hari demi hari berlalu teguran dari seorang sahabat pun mulai terdengar.
“Dari mana saja Vela? Aku tak melihatmu di lapangan sore ini, kau masih ingat janjimu pada Mr.D bahwa pentas itu bukan tujuan utama tapi mengapa aku tak pernah melihatmu disetiap latihan sore?, aku hanya tidak ingin kau melakukan suatu hal dengan setengah-setengah” jawab Laras.
“Ini impian ku” kata Vela.
“Dan turnamen itu impian dari ornag tuamu, aku, Mr.D dan semuanya ” sahut Laras.
Kata-kata itu pun menyadarkan Vela dan persahabatanya pun makin membaik. Waktu pun telah berlalu pementasan pun di selenggarakan dan sebuah kebahagiaan pun ia dapatkan karena ia menjadi salah satu pemenang dalam pentas itu. Tetapi hal itu tidak terjadi dalam turnamen, dia dan regunya mendapat peringkat ke-3 dan piala yang sudah diperjuangkan selama bertahun-tahun hanya bisa ia lihat dan berada digenggaman orang lain. Karna kekalahanya Vela pun berjanji kepada orang tuanya dan Mr.D untuk bisa mengabulkan impian mereka diturnamen mendatang.
HARAP SERTAKAN SUMBER JIKA MENG-COPY !
TERIMAKASIH
Tidak ada komentar:
Write komentar